Ruang dan waktu akan kita bedah, sebagaimana Einstein membedahnya. Kita akan mencari dimana letak
kerancuan konsep ruang ini. Dan apa akibatnya bagi pemahaman kita. Kita mulai membedah “ruang” terlebih dahulu.
Kita tau, waktu TK (Gw langsung SD..huhuhu), SD dan SMP kita dapet pelajaran “Bangun ruang”. Kita disuruh menggambar dua titik. Lalu kita hubungkan dua titik itu sehingga kita memiliki garis. Kita namakan ia bentuk satu dimensi. Berikutnya, kita memiliki empat buah garis yang sama panjang, lalu kita hubungkan ujung-ujung garis itu satu sama lainnya, maka kita memiliki persegi empat sama sisi. Kita namakan ia bentuk dua dimensi. Berikutnya, kita memiliki enam persegi seperti itu, lalu kita hubungkan satu sama lainnya, sehingga kita memiliki satu buah balok persegi cantik. Kita namakan ia bentuk tiga dimensi. Simple.
Tapi, betapapun kerasnya pak guru dan bu guru mengajari kita, anehnya, semua benda di dunia ini hanya berwujud tiga dimensi. Kita di bo’oingin. Anehnya, tidak ada benda di dunia ini, yang berwujud satu dimensi. Anehnya, tidak ada benda di dunia ini yang berwujud dua dimensi. Anehnya, tidak ada benda di dunia ini yang berwujud empat dimensi. Anehnya, tidak ada wujud lain yang dapat kita ketahui selain wujud tiga dimensi itu.
Berarti, pemahaman kita yang salah terhadap ruang, adalah berasal dari ilmu ini.
Eh, tapi, ada Ilmu lain yang mendasari ilmu “Bangun ruang”. Ilmu itu adalah ilmu geometrik. Ada baiknya kita 'mendalami' ilmu ini untuk mencari factor utama yang menyebabkan kesalahan permanen (hamper) pemahaman kita terhadap bangun ruang.
Ilmu geometri menjelaskan perihal landasan pikir kita mengenai ukuran-ukuran benda di dalam ruang. Ilmu geometri melandasi ilmu bangun ruang.
Catet: Intinya, di dalam ilmu geometri, kita hanya diajari oleh bu guru dan pak guru untuk mengukur jarak dua buah titik yang ada di atas kertas, di atas tanah atau di atas suatu benda fisik lainnya. Bukan jarak tempuh gerak kita dari satu titik ke titik lainnya. Padahal, jarak tempuh gerak kita itu adalah jarak yang telah kita pahami sebagai “Ruang”.
Apa akibat dari kelalaian ibu dan bapak guru yang terhormat ini?
Akibatnya adalah, kita berkesimpulan, bahwa, “Jarak” adalah selang antara dua titik yang nilainya tidak bergantung pada gerak kita.
Pikirlah sodara-sodara.
“Meskipun kita berlari dengan kecepatan cahaya, jarak sepanjang satu meter yang kita tempuh tetaplah satu meter. Tidak menyusut, apalagi memanjang...”.begitulah kita mengira